"Serius ni?, Kalau serius kita buat"
Ini
hari kedua Pauleta menjadi instruktur senam pagi untuk peserta pelatihan
inaugurasi. Tentunya bukan hal yang asing, bahwa Pauleta selalu dapat membuat
lingkungan ceria berkat kehadirannya. Konon lagi, dia adalah pemuda yang ramah
dan selalu peduli sesama.
“Baiklah
adik-adik, kita mulai saja sekarang.” Kata Pauleta pada semua peserta. Semua
diarahkan untuk berdiri sejajar membentuk dua shaf. Laki-laki dan perempuan
dipisahkan tentunya. Peserta perempuan mengambil tempat di sisi kanan sedang
laki-laki di sisi kiri.
“Kemarin
kita sudah melakukan gerakan strecing, dimulai dari anggota tubuh yang paling
bawah hingga ke atas, nah, hari ini kita
lakuakan gerakan sebaliknya. Dimulai dari yang atas ke yang paling bawah,
bagaimana adik-adik, setuju?” tanya Pauleta pada semua peserta. Bukan berarti
bahwa Pauleta tidak bisa menyimpulkan sendiri apa yang hendak dilakukannya
sebagai instruktur. Tapi lebih kepada
membentuk ikatan kebersamaan dan
interaksi yang baik dengan semua peserta.
Pauleta
memang bijaksana dalam hal ini. Gerakan strecing dimulai dari kepala. Pauleta
mengarahkan semua peserta untuk menggerakkan kepala. Gerakan pertama kepala
dipatahkan ke kanan, durasinya hingga hitungan sampai delapan. Kemudian diganti
arahnya. “sekarang, patahkan kekiri!” Begitu kata Pauleta memberikan arahan.
Gerakan kepala berikutnya adalah ditengkukkan,
dilanjutkan kemudian dengan gerakan tengadah, masing-masing juga sampai pada
hitungan delapan. Setelah selesai ke semua arah kemudian gerakan penutup untuk
organ kepala yaitu diputar searah jarum jam, lanjut kemuadian berganti arah,
yaitu berlawanan arah jarum jam.
Setelah
selesai gerakan kepala, dilanjutkan dengan menggerakkan bahu. “Gerakkan bahu
kalian adik-adik. Lihat contohnya dari saya!” Kata pauleta pada semua peserta.
Dengan tangan tetap sejajar badan, bahu digerakkan naik dan turun secara
memutar sendinya dari depan kearah belakan, dan kemudian dibalik kembali
arahnya dari belakang kedepan. Masing-masing hingga hitungan delapan kali juga
tentunya.
“Apa
gerakan berikutnya Aini. Tanyanya pada seorang peserta perempuan yang berwajah
paling manyun diantara yang lainnya. Aini sama sekali tidak menyukai olahraga
ini. Barangkali karena dia merasa oleh raga seperti ini tidak penting. Kalau
hanya untuk merenggangkan otot yang kaku Aini sudah sangat terbiasa. Menyapu
halaman rumah, menyiram tanaman setap pagi dan petang. Menggembala itik dan
terjun ke sawah adalah pekerjaan harian baginya.
Terlepas
dari itu semua, Aini sudah jenuh dengan olah raga. Ada penyesalan yang sangat
mendalam pada dirinya. Mengenang olah raga itu sebagai aib dan momok yang tidak
akan pernah lekang dari dirinya. Dua tahun selama di SMA Aini terpilih sebagai
pasukan pengibar bendera. Bahkan Aini sebagai pemegang baki bendera. Dimasa itu,
latihan baris berbaris adalah makanan harian selama dua bulan penuh. Pagi dan
sore selama dua atau bahkan tiga jam dia digembleng di lapangan terbuka, dengan
sinar matahari menyengat.
Pelatihnya
adalah para purna paskibra dan para militer. Latihan semacam ini tentunya tidak
mungkin dilakukan oleh seorang muslimah berkerudung labuh dengan gamis terhulur
hingga menutupi mata kaki, selayak Aini yang sekarang.
Aini
dahulu tidak seperti yang sekarang. Training panjang dan baju diatas lutut saja,
kerudung penutup kepala yang ujungnya disingkap kebahu, bahkan kadang
dililitkan keleher agar tidak menjuntai-juntai adalah seragam olahraga
masalalunya. Makanya Aini sangat benci dengan olehraga semacam ini.
“Gerakan
tangan bang, begini” jawab Aini sekenanya saja sambil mengangkat tangan sejajar
dengan bahu. Tangan kanan lurus ke kiri dari hadapan badan dan telapak tangan
kiri menekan siku kanan agar membentuk keseimbangan. “ya, kawan-kawan yang
lainnya, ikuti gerakan Aini” kata Pauleta pada semua peserta lainnya.
“Selanjutnya
gerakan apalagi” tanya Pauleta pada semua peserta lainnya. Tiba-tiba Husna
datang dan ikut nimbung untuk olahraga. “Begini bang” katanya sambil membentuk
gerakan tangan mengepal, siku diangkat sejajar dengan bahu. Kepalan tangan kiri
dan kanan dirapatkan sejajar berada didepan wajah. Gerakan yang dibentuk adalah
membuka dan menutup. Semua peserta ikut. Husna adalah salah satu panitia acara
yang selalu aktif. Ia senantiasa menghidupkan suasana jika mendapati semangat
peserta menurun.
Kembali
Pauleta memimpin senam dengan teratur. Setalah selesai gerakan tangan kemudian
dilanjutkan dengan gerkan pinggang. Diputar ke kiri dan ke kanan hingga
hitungan delapan kali juga, selanjutnya gerakan lutut, kaki di tengkuk
kebelakang, ujung kaki dipegang dengan tangan, dimulai dari kaki kiri dan
dilanjutkan dengan kaki kanan.
Tindakan
yang terakhir adalah perenggangan otot pergelangan kaki. Ujung kaki ditekan ke
tanah dengan posisi tumit diangkat lebih tinggi membentuk jinjitan, kemudian
digerakkan berputar dari kiri kekanan dan dibalas dari kanan kekiri. Dimulai
dari kaki kanan dan selanjutnya kaki kiri. Demikianlah setiap senam dilakukan
dengan dimulakan oleh bahagian kanan. Barangkali ini adalah bentuk penanaman
nilai akidah, bahwa setiap kebaikan hendaklah didahukan oleh yang kanan.
“Sekarang,
masing-masing peserta harus menyumbangkan satu ide gerakan senam, Silakan
dimulai dari Ruslan. Peserta laki-laki yang berdiri paling ujung sebelah kanan.
Ruslan adalah pesera laki-laki yang paling aktif jika dibandingkan dengan yang
lainnya. Keaktifannya yang bernilai positif kerap mengundang perhatian para
penitia dan bahkan peserta. Ruslan kemudian memberikan ide gerakannya. Semua mengikuti
gerakan Ruslan.
Berikut
setelah Ruslan adalah Jamal. Jamal yang tidak tahu harus memberikan ide gerakan
seperti apa kemudian hanya menggerakkan tangan membentuk lambaian. “Serius ini?
Kalau serius kita buat” kata Pauleta. Semua peserta lainnya sudah tertawa
cekikikan.
![]() |
gerak senam lambaian tangan. |
Sebenarnya
Pauleta tahu bahwa Jamal sedang tidak memiliki ide untuk memberikan saran
gerakan seperti apa, hanya saja pribadinya yang kocak selalu mampu membuat
suasana kian cetar membahana tawa. Jamal menunduk malu menyadari bahwa dirinya
sedang tidak bisa memberi perlawanan apa-apa atas tertawaan teman yang lain.
“Hai,
semuanya, mari kita lanjutkan. Ikuti gaya yang disarankan Jamal, seperti ini”
kata Pauleta sambil melambaikan tangan. Hanya gerakan lambaian tangan saja
secara terus menerus hingga hitungan ke delapan. Mu’arrif yang memegang toa memandu hitungan
senam sedari awal tadi, tidak bisa menahan tawa. Suasana ini begitu
menyenagangkan tentunya. Sehingga dalam hitungan satu sampai delapan diriuhkan
oleh suara tawa semua peserta senam.
Berikutnya
giliran khaizir yang harus memberikan satu ide gerakan senam. Sadar bahwa
Pauleta menghargai setiap ide yang diberikan peserta, muncullah ide konyolnya.
“Begini bang, Ini gaya seumeurah” kata Khaizir. Tangannya digerakkan
seperti gerakan orang mengucek kain. “Serius ni? Kalau serius kita buat” kata Pauleta.
“seriuslah bang!, Jawab khaizir penuh semangat dan meyakinkan. Pauleta pun
kemudian mengikuti gaya yang disarankan Khaizir bersama seluruh peserta
lainnya.
Berikutnya
Azhar, Azhar menyarankan ide gerakan melompat ke depan dan ke belakang.
Menyerupai gerakan pocong yang ujung kafannya terikat. Atau lebih tepat kita
sebut gerakan vampir, sebab posisi kedua tangan selonjor kedepan setentang dada.
“Serius ini, kalau serius kita buat” lagi-lagi Pauleta berucap demikian. Benar
saja ternyata, gerakan ini pun akhirnya menjadi gerakan senam, sebagaimana yang
lainnya hingga hitungan sampai delapan.
Setalah
semua peserta kena giliran, semua ide yang diberikan adalah ide konyol yang
diterima dengan pertayaan “Serius ni, kalau serius kita buat”, kemudian lanjut
ke barisan pertama peserta perempuan. Tepat di posisi paling ujung sebelah
kanan adalah Aini. “selanjutnya silahkan Aini Aziz. Tunjukkan ide senammu” kata
Pauleta. “Jeh, aini sudah tadi diawal-awal bang”. Jawabnya dengan nada protes.
Sadar
bahwa Aini adalah peserta yang paling bawel sejagat, yang sukanya protes
dan membebel. Pauleta tidak ingin memperpanjang debat. “Baiklah, lanjut
Aiza!” Katanya dengan nada menyerah. “Nggak boleh gitu bang, Aini belum tu”,
Kata salah seorang peserta laki-laki yang memang sama bawelnya dengan Aini.
“Sudahlah, tidak apa, han keumah but meunyo ta peuteupat nyan” kata Pauleta.
Aini
yang sedang menikmati lelahnya setelah kembali ke rumah pasca inaugurasi, senyum
sendiri mengenang peristiwa ini. Merasa peristiwa ini adalah hal yang paling sayang
untuk dilupakan, Aini pun tidak ingin membiarkan kenangan olah raga paling
menyebalkan ini terlupakan begitu saja, Dia akhirnya mengabadikan momen ini
didalam tulisannya yang diberi judul “Serius ni? Kalau serius kita buat."
0 Response to ""Serius ni?, Kalau serius kita buat""
Posting Komentar