UA-153487531-1 "Serius ni?, Kalau serius kita buat" - Aini Aziz

"Serius ni?, Kalau serius kita buat"



Ini hari kedua Pauleta menjadi instruktur senam pagi untuk peserta pelatihan inaugurasi. Tentunya bukan hal yang asing, bahwa Pauleta selalu dapat membuat lingkungan ceria berkat kehadirannya. Konon lagi, dia adalah pemuda yang ramah dan selalu peduli sesama.

“Baiklah adik-adik, kita mulai saja sekarang.” Kata Pauleta pada semua peserta. Semua diarahkan untuk berdiri sejajar membentuk dua shaf. Laki-laki dan perempuan dipisahkan tentunya. Peserta perempuan mengambil tempat di sisi kanan sedang laki-laki di sisi kiri. 

“Kemarin kita sudah melakukan gerakan strecing, dimulai dari anggota tubuh yang paling bawah hingga ke atas, nah, hari ini kita lakuakan gerakan sebaliknya. Dimulai dari yang atas ke yang paling bawah, bagaimana adik-adik, setuju?” tanya Pauleta pada semua peserta. Bukan berarti bahwa Pauleta tidak bisa menyimpulkan sendiri apa yang hendak dilakukannya sebagai instruktur.  Tapi lebih kepada membentuk ikatan kebersamaan  dan interaksi yang baik dengan semua peserta.

Pauleta memang bijaksana dalam hal ini. Gerakan strecing dimulai dari kepala. Pauleta mengarahkan semua peserta untuk menggerakkan kepala. Gerakan pertama kepala dipatahkan ke kanan, durasinya hingga hitungan sampai delapan. Kemudian diganti arahnya. “sekarang, patahkan kekiri!” Begitu kata Pauleta memberikan arahan. 

Gerakan  kepala berikutnya adalah ditengkukkan, dilanjutkan kemudian dengan gerakan tengadah, masing-masing juga sampai pada hitungan delapan. Setelah selesai ke semua arah kemudian gerakan penutup untuk organ kepala yaitu diputar searah jarum jam, lanjut kemuadian berganti arah, yaitu berlawanan arah jarum jam. 

Setelah selesai gerakan kepala, dilanjutkan dengan menggerakkan bahu. “Gerakkan bahu kalian adik-adik. Lihat contohnya dari saya!” Kata pauleta pada semua peserta. Dengan tangan tetap sejajar badan, bahu digerakkan naik dan turun secara memutar sendinya dari depan kearah belakan, dan kemudian dibalik kembali arahnya dari belakang kedepan. Masing-masing hingga hitungan delapan kali juga tentunya.

“Apa gerakan berikutnya Aini. Tanyanya pada seorang peserta perempuan yang berwajah paling manyun diantara yang lainnya. Aini sama sekali tidak menyukai olahraga ini. Barangkali karena dia merasa oleh raga seperti ini tidak penting. Kalau hanya untuk merenggangkan otot yang kaku Aini sudah sangat terbiasa. Menyapu halaman rumah, menyiram tanaman setap pagi dan petang. Menggembala itik dan terjun ke sawah adalah pekerjaan harian baginya. 

Terlepas dari itu semua, Aini sudah jenuh dengan olah raga. Ada penyesalan yang sangat mendalam pada dirinya. Mengenang olah raga itu sebagai aib dan momok yang tidak akan pernah lekang dari dirinya. Dua tahun selama di SMA Aini terpilih sebagai pasukan pengibar bendera. Bahkan Aini sebagai pemegang baki bendera. Dimasa itu, latihan baris berbaris adalah makanan harian selama dua bulan penuh. Pagi dan sore selama dua atau bahkan tiga jam dia digembleng di lapangan terbuka, dengan sinar matahari menyengat. 

Pelatihnya adalah para purna paskibra dan para militer. Latihan semacam ini tentunya tidak mungkin dilakukan oleh seorang muslimah berkerudung labuh dengan gamis terhulur hingga menutupi mata kaki, selayak Aini yang sekarang. 

Aini dahulu tidak seperti yang sekarang. Training panjang dan baju diatas lutut saja, kerudung penutup kepala yang ujungnya disingkap kebahu, bahkan kadang dililitkan keleher agar tidak menjuntai-juntai adalah seragam olahraga masalalunya. Makanya Aini sangat benci dengan olehraga semacam ini.

“Gerakan tangan bang, begini” jawab Aini sekenanya saja sambil mengangkat tangan sejajar dengan bahu. Tangan kanan lurus ke kiri dari hadapan badan dan telapak tangan kiri menekan siku kanan agar membentuk keseimbangan. “ya, kawan-kawan yang lainnya, ikuti gerakan Aini” kata Pauleta pada semua peserta lainnya. 

“Selanjutnya gerakan apalagi” tanya Pauleta pada semua peserta lainnya. Tiba-tiba Husna datang dan ikut nimbung untuk olahraga. “Begini bang” katanya sambil membentuk gerakan tangan mengepal, siku diangkat sejajar dengan bahu. Kepalan tangan kiri dan kanan dirapatkan sejajar berada didepan wajah. Gerakan yang dibentuk adalah membuka dan menutup. Semua peserta ikut. Husna adalah salah satu panitia acara yang selalu aktif. Ia senantiasa menghidupkan suasana jika mendapati semangat peserta menurun.

Kembali Pauleta memimpin senam dengan teratur. Setalah selesai gerakan tangan kemudian dilanjutkan dengan gerkan pinggang. Diputar ke kiri dan ke kanan hingga hitungan delapan kali juga, selanjutnya gerakan lutut, kaki di tengkuk kebelakang, ujung kaki dipegang dengan tangan, dimulai dari kaki kiri dan dilanjutkan dengan kaki kanan. 

Tindakan yang terakhir adalah perenggangan otot pergelangan kaki. Ujung kaki ditekan ke tanah dengan posisi tumit diangkat lebih tinggi membentuk jinjitan, kemudian digerakkan berputar dari kiri kekanan dan dibalas dari kanan kekiri. Dimulai dari kaki kanan dan selanjutnya kaki kiri. Demikianlah setiap senam dilakukan dengan dimulakan oleh bahagian kanan. Barangkali ini adalah bentuk penanaman nilai akidah, bahwa setiap kebaikan hendaklah didahukan oleh yang kanan.

“Sekarang, masing-masing peserta harus menyumbangkan satu ide gerakan senam, Silakan dimulai dari Ruslan. Peserta laki-laki yang berdiri paling ujung sebelah kanan. Ruslan adalah pesera laki-laki yang paling aktif jika dibandingkan dengan yang lainnya. Keaktifannya yang bernilai positif kerap mengundang perhatian para penitia dan bahkan peserta. Ruslan kemudian memberikan ide gerakannya. Semua mengikuti gerakan Ruslan. 

Berikut setelah Ruslan adalah Jamal. Jamal yang tidak tahu harus memberikan ide gerakan seperti apa kemudian hanya menggerakkan tangan membentuk lambaian. “Serius ini? Kalau serius kita buat” kata Pauleta. Semua peserta lainnya sudah tertawa cekikikan.

gerak senam lambaian tangan.

Sebenarnya Pauleta tahu bahwa Jamal sedang tidak memiliki ide untuk memberikan saran gerakan seperti apa, hanya saja pribadinya yang kocak selalu mampu membuat suasana kian cetar membahana tawa. Jamal menunduk malu menyadari bahwa dirinya sedang tidak bisa memberi perlawanan apa-apa atas tertawaan teman yang lain. 

“Hai, semuanya, mari kita lanjutkan. Ikuti gaya yang disarankan Jamal, seperti ini” kata Pauleta sambil melambaikan tangan. Hanya gerakan lambaian tangan saja secara terus menerus hingga hitungan ke delapan.  Mu’arrif yang memegang toa memandu hitungan senam sedari awal tadi, tidak bisa menahan tawa. Suasana ini begitu menyenagangkan tentunya. Sehingga dalam hitungan satu sampai delapan diriuhkan oleh suara tawa semua peserta senam.

Berikutnya giliran khaizir yang harus memberikan satu ide gerakan senam. Sadar bahwa Pauleta menghargai setiap ide yang diberikan peserta, muncullah ide konyolnya. “Begini bang, Ini gaya seumeurah” kata Khaizir. Tangannya digerakkan seperti gerakan orang mengucek kain. “Serius ni? Kalau serius kita buat” kata Pauleta. “seriuslah bang!, Jawab khaizir penuh semangat dan meyakinkan. Pauleta pun kemudian mengikuti gaya yang disarankan Khaizir bersama seluruh peserta lainnya. 

Berikutnya Azhar, Azhar menyarankan ide gerakan melompat ke depan dan ke belakang. Menyerupai gerakan pocong yang ujung kafannya terikat. Atau lebih tepat kita sebut gerakan vampir, sebab posisi kedua tangan selonjor kedepan setentang dada. “Serius ini, kalau serius kita buat” lagi-lagi Pauleta berucap demikian. Benar saja ternyata, gerakan ini pun akhirnya menjadi gerakan senam, sebagaimana yang lainnya hingga hitungan sampai delapan.

Setalah semua peserta kena giliran, semua ide yang diberikan adalah ide konyol yang diterima dengan pertayaan “Serius ni, kalau serius kita buat”, kemudian lanjut ke barisan pertama peserta perempuan. Tepat di posisi paling ujung sebelah kanan adalah Aini. “selanjutnya silahkan Aini Aziz. Tunjukkan ide senammu” kata Pauleta. “Jeh, aini sudah tadi diawal-awal bang”. Jawabnya dengan nada protes.

Sadar bahwa Aini adalah peserta yang paling bawel sejagat, yang sukanya protes dan membebel. Pauleta tidak ingin memperpanjang debat. “Baiklah, lanjut Aiza!” Katanya dengan nada menyerah. “Nggak boleh gitu bang, Aini belum tu”, Kata salah seorang peserta laki-laki yang memang sama bawelnya dengan Aini. “Sudahlah, tidak apa, han keumah but meunyo ta peuteupat nyan” kata Pauleta.

Aini yang sedang menikmati lelahnya setelah kembali ke rumah pasca inaugurasi, senyum sendiri mengenang peristiwa ini. Merasa peristiwa ini adalah hal yang paling sayang untuk dilupakan, Aini pun tidak ingin membiarkan kenangan olah raga paling menyebalkan ini terlupakan begitu saja, Dia akhirnya mengabadikan momen ini didalam tulisannya yang diberi judul “Serius ni? Kalau serius kita buat."

0 Response to ""Serius ni?, Kalau serius kita buat""

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel