Abul Ash bin Rabi with Zainab binti Muhammad; Cinta Berkalang Iman dan Waktu.
![]() |
Abul Ash bin Rabi. Tentunya kita tidak asing dari nama pemuda
kebangsaan Qurasy yang satu ini. Ia tampan dan kaya. Setiap mudi yang
memandangnya akan merasa jatuh cinta. Ia adalah menantu pertama di keluarga orang
nomor satu di dunia dan akhirat, yaitu Rasulullah Muhammad (SAW). Ya, Ia suami
dari Zainab ra.
Setelah beberapa lama pernikahannya. Allah menurunkan cahaya
bagi Mekkah, bahwa Muhammad telah diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Maka
kewajiban atasnya untuk menyeru ummat agar beragama sebagaimana yang
dirisalahkan kepadanya. Yaitu berislam. Tentunya yang terlebih dahulu menerima
dakwah ini adalah dari kalangan keluarga.
Khadijah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kalstum dan Fathimah telah berislam.
Tidak demikian pada Abul Ash. Ia tetap teguh mencintai agama nenek moyangnya.
Namun demikian, rasa cintanya kepada Zainab tidak pernah berkurang. Ia masih mencintai sebagaimana semula
ketika mereka belum berbeda agama.
Pun demikian dengan Zainab, rasa cintanya tak pernah luntur.
Perkara agama bukanlah hal yang harus ditekankan dengan paksa. Hidayah adalah
hak prerogatif Allah. Kita hanya bisa mengajak kepada islam; mendakwahi. Mengikuti ajakan atau berpaling dari
kebenaran itu bukan ranah yang dikuasai manusia.
Ketika keadaan
kaum muslimin semakin dibenci oleh kaum musyrikin, maka pihak pemuka Qurasy
menganjurkan Abul Ash untuk menceraikan istrinya. Abul Ash menolak
mentah-mentah. Ia bersikeras, dengan sikap yang tegas mengatakan bahwa
selamanya tidak akan menceraikan Zainab. Tidak ada yang dapat menggantikan
Zainab sebagai istri dan wanita yang paling ia cintai.
Pada waktu itu,
belum ada ketentuan syara’ bahwa perempuan muslim tidak dibenarkan dengan
lelaki musyrikin. Perintah pada awal-awal agama diturunkan hanya seputar
pembenaran akidah dan sedikit tentang muamalah.
Berbeda halnya
dengan Ruqayyah dan Ummu Kalstum, mereka telah diceraikan oleh suaminya dan
dipulangkan kembali kepada Rasulullah. Rasulullah menyambut baik akan hal itu. Namun
demikian, baginda tak berdaya terhadap Zainab, sebab Abul Ash tidak pernah mau
menceraikan dan tak mau memulangkan kembali putrinya.
Hingga terjadilah perang Badar, Abul Ash terlibat di dalamnya.
Ia berperang dipihak kaum Qurasy. Perang Badar menghantarkan kaum Qurasy pada
kekalahan yang memalukan. Banyak yang meninggal dalam perang, banyak juga yang
ditawan. Rasulullah mengharuskan
tebusan atas para tawanan perang bila mereka ingin dikembalikan kepada kaumnya.
Adalah Zainab
yang ketika itu masih berada di Mekkah bersama kabilah suaminya. Ia mengutus
seseorang untuk memberikan tebusan atas Abul Ash. Saat Rasulullah menerima uang
tebusan, ia menyaksikan kalung milik putrinya terdapat di dalam kumpulan
uang-uang itu. Bulir-bulir bening tergenang ditelaga kecil pada wajahnya,
kemudian bermuara jatuh satu persatu, membasahi ladang pipi yang teduh dan
bersih itu. Rasulullah memendam rindu yang bersangatan kepada putrinya. Di
sana, Zainab juga sangat merindukan ayahnya.
Rasulullah
meminta kepada para sahabat agar kalung itu dipulangkan kepada Zainab, dan Abul
Ash dibebaskan. Para sahabat setuju, dan sama sekali tidak keberatan.
Abul Ash kembali bebas, pulang ke Mekkah. Hari-hari ia melihat
Zainab yang selalu dirudung sedih karena merindukan ayahnya, akhirnya Abul Ash mengirimkan
Zainab kembali kepada Rasulullah di Madinah. Zainab sangat bahagia. Meski
demikian, ia pun tidak pernah menanggalkan sedikitpun rasa cintanya kepada Abul
Ash. Cinta tetap dibawa bersamanya
meski Abul Ash tetap berdiam di Mekkah. Ia sangat berharap suatu saat yang
dicintai akan menyatu kembali.
Hingga jangka
waktu tertentu. Allah mengkendaki hidayah masuk kedalam hati Abul Ash. Ia
datang ke Madinah untuk merengkuh manisnya cinta kepada Allah dan Rasul, serta
menyatukan kembali cintanya dengan cinta pada Zainab dalam ikatan keluarga. Abul
Ash akhirnya masuk islam. Memperjuangkan agama Allah.
Ini adalah bukti
nyata bahwa cinta yang tulus adalah yang mampu menembus lorong waktu. Mampu
bertahan dalam terpaan badai di balik dalil-dalil duniawi. Cinta adalah keseriusan. Pecinta menginginkan hal
yang dicintainya menelan kebaikan sebagaimana yang diteguknya. Pecinta tidak
pernah membiarkan benci membiak di hatinya, seburuk apa pun pasangannya.
Hayeu kak, tulisan kakak berat dan berisi, kenyang bacanya. Ne bagi bimbingan ke kamo kakak beuh.
BalasHapusOup. Berat yak? -_-
HapusMari sama-sama, saling memotifasi kita, Dik. ;)