Rinduku Padamu Jua Bermuara, Rasulullah!
![]() |
Marhaban, ya Rabiul Awwal. |
Udara sejuk, angin bertiup lembut. Langit Madinah
hening, tak ada geming. Kala itu Rasulullah tengah duduk di tengah-tengah para
sahabat. Kebersamaan dengan baginda merupakan hal terindah. Penuh mesra menatap
cahaya di wajah Kekasih Allah. Sungguh itu adalah waktu yang tak mampu ditakar
kadar syahdunya. Setiap jiwa yang dekat dengannya akan dilambung gelora cinta.
Sambil menanti bunyi sabda yang keluar dari lisan mulia itu, tiba-tiba seorang
sahabat bertanya, “Apa yang membuat Engkau menangis wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya aku sedang
merindukan para kekasihku.”
Luapan rindu dari lubuk hatinya kini telah tumpah,
membentuk butiran-butiran bening, sangat jernih, satu per satu menetes dari
sudut telaga, jatuh menimpa ladang pipi yang kemerah-merahan merona itu.
Rasulullah tak mampu membendung rasa cintanya hingga bermuaralah air mata.
Para sahabat terdiam. Lidah mereka kaku, bercucuran
pula air mata. Nafas dihela satu-satu, namun tertahan, sebak di dada. Bagai
berhenti detak jantung. Denting waktu seakan enggan berpidah dari detik ke
detik berikutnya. Setelah sedikit lega, dengan bibir bergetar, salah seorang
diantaranya bertanya, “Adakah kami para kekasihmu itu wahai rasulullah?”
Kemudian, dalam isaknya, Rasulullah menjawab perlahan,
“Bukan! Engkau adalah sahabatku. Sesunguhnya kekasihku adalah mereka; kaum yang
datang setelah aku tiada. Mereka beriman kepadaku meskipun tidak melihatku.”
Saat itu, pipi baginda telah basah. Suaranya parau,
namun tetap tegar mengucapkan sabda. “Alangkah bahagianya bila aku berjumpa
dengan mereka. Betapa rindunya aku pada mereka.”
__
Adakah kalian tahu? sesungguhnya sebak itu telah
berpindah, menembus dinding ruang dari masjid Madinah, mengarungi lautan dan
selat, melewati zaman seribu empat ratus tahun silam, hingga tumpah di hatiku
bersemayam, sekarang. Aku tak bisa menahan isak saat mendengarkan sejumput
riwayat, sebagaimana yang telah kutulis kembali di atas.
Rasulullah menyebut kekasih bagi ummat akhir zaman.
Ummat yang beriman kepadanya secara ghaib. Ummat yang tak pernah menatap wajah
baginda, tak pula mendengar suaranya, namun tekun mengikuti jalan yang
Rasulullah teladankan. Ummat yang rajin beribadah; melaksanakan shalat,
menginfakkan sebagian rezeki yang Allah karuniakan. Hati yang gundah ini
bertanya-tanya, “Adakah aku salah seorang dari kaum yang rasul maksudkan itu?
Aku yang senantiasa disibukkan dengan aktivitas
dunia. Aku yang tak tekun membalas cintanya dengan cinta pula. Aku yang jarang
berinfak, aku yang sedikit mengingat akhirat. Aku yang lalai dari bershalawat.
Wahai, Rabb…! Persaksikan oleh-Mu atas apa yang kutulis hari ini. Bukankah ini
wujud rindu? Wahai, Rasulullah…! Maafkan kami yang tak sempurna mencintaimu.
Si bijak pernah bertutur, saat seseorang dicintai
oleh penulis, maka ia akan mengabadikan cinta itu di dalam tulisannya. Aku
abadikan dalam tulisan. Catatan sederhana ini, untukmu kupersembahkan. Kini,
tibalah saat semestinya aku kembali, pada rindu dan cinta bagi seorang yang
penghujung nyawanya menyeru “Ummati.. ! Ummati...!”
Allahumma shalli ala sayyidina Muhammadin, habibil
musthafa.
Teachers Pay Teachers is an internet marketplace the place lecturers purchase and sell original instructional materials. SLS uses a high power laser to fuse small particles of powder into high precision machining a mass that has the specified three dimensional shape. The laser selectively fuses powder by first scanning the cross-sections on the floor of a powder mattress. After every cross-section is scanned, the powder mattress is lowered by one layer thickness.
BalasHapus