Diare dan Penanganannya
![]() |
Ilustrasi |
Diare adalah salah satu dari sekian banyak hal yang membuat kita tak nyaman. Jelas saja, yang namanya penyakit memang tidak ada yang menyenangkan, bukan? Lain halnya dengan beberapa sakit ringan seperti pilek, demam, dan batuk, saya justru lebih khawatir jika tiba-tiba terkena diare.
Bagaimana tidak? Diare bisa
menyebabkan kita kehilangan banyak cairan. Tubuh manusia, delapan puluh persen
terdiri dari cairan. Berkali-kali buang air besar dengan feses cair tentu saja
menguras banyak cairan tubuh. Terjadi dehidrasi. Bila terkena diare tentu saja
tubuh kita menjadi lemah, semakin lama bertambah-tambah. Ini sangat berbahaya jika
tidak segera ditangani. Saya, Anda, dan kita semua patut waspada terhadap
jangkitan diare.
Penyebab diare itu sendiri tentunya
beragam. Ada yang terkena diare karena pola makan yang tidak bersih. Infeksi
bakteri, parasit dan virus. Kita harus benar-benar cermat memilih makanan.
Usahakan yang sehat dan halal. Sebagaimana anjuran agama; halalan – thayyiban (halal dan baik). Contohnya, meskipun halal, Cabai
tentu tidak boleh dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, itu tidak baik untuk percernaan.
Kebiasaan buruk seperti tidak mencuci
tangan dengan sabun dan air bersih sebelum dan sesudah makan, sesudah ke toilet
atau setelah memegang benda kotor penuh bakteri menjadi salah satu penyebab
diare pula. Atau, seseorang mengkonsumsi makanan belum dimasak hingga matang
sempurna, seperti santan, misalnya. Ini juga bisa menjadi pemicu diare.
Selain itu, penyebab diare bisa jadi
karena faktor alergi makanan. Ada orang yang harus pantang makanan tertentu
karena tidak cocok dengan lambungnya. Ada masalah dengan pencernaan sehingga
intoleran terhadap laktosa dan fruktosa. Menjaga pola makan tentu saja lebih mudah
dari menghadapi diare yang bisa saja mendatangkan bahaya bagi kita, bukan?
Oia, jika terkena diare, kita harus
gerak cepat untuk penangannya, agar tidak berlarut-larut. Biasanya, langkah
dasar yang dilakukan oleh orangtua saya adalah memberi obatan herbal. Pertama
disuguhkan air hangat yang telah dilarutkan gula dan garam di dalamnya, dengan
takaran tertentu. Konon, ini sama khasiatnya dengan Oralit, obat diare yang
biasa diberikan oleh pihak Puskesmas. Selain itu, ada resep jitu lainnya. Ini
patut dicoba juga oleh teman-teman pembaca sekalian.
Ambilkan beberapa (tiga atau hingga
tujuh) lembar daun pucuk Jambu Biji, daun pucuk pohon Kuda-Kuda, Kunyit, Sawo
yang masih muda dan bergetah, kemudian tumbuk hingga halus. Tambahkan sedikit
air, kemudian saring untuk memisahkan ampas dengan ekstraknya. Tanpa tambahan
perasa lainnya, minumlah sari dari dedaunan tersebut dengan dua kali teguk. Tidak
usah terlalu banyak karena rasanya memang tidak enak.
![]() |
Daun Jambu Biji |
Bagi kami sekeluarga, biasanya cukup
dengan sekali minum, diare sembuh, Alhamdulillah. Senang juga bisa mengurangi
konsumsi obat-obatan medis. Kendalanya, ramuan ini hanya bisa diberikan untuk
orang dewasa, saat baru terkena diare. Tidak boleh untuk balita, konon lagi
bayi. Tentu saja lambung mereka belum bisa menerima cairan semacam ini.
Sedikit share pengalaman pribadi saya Ramadan tahun lalu. Saya waktu itu
baru tiga bulan pascalahiran. Entah apa yang salah dengan makanan saya,
tiba-tiba setelah makan sahur, perut saya mendadak mules. Seperti
dililit-lilit. Saya terkena diare. Bolak-balik ke kamar mandi hingga tiga kali.
Berhubung sedang berpuasa, saya memantapkan diri mau bertahan. Tidak ingin buka
puasa. Nyatanya, hingga pukul sembilan pagi hari, saya sudah lima kali
bolak-balik ke kamar mandi. Diare
semakin menjadi.
Waktu itu Ibu saya sampai geram
karena saya enggan berbuka puasa untuk minum obat. Soalnya saya punya bayi yang
harus disusui. Takut bayi saya juga terjangkit. Itu akan lebih berbahaya,
tentunya. Akhirnya saya menyerah, berbuka puasa juga. Takut terjadi apa-apa
dengan saya dan bayi. Saya minum ramuan seperti yang sudah saya sebutkan di
atas, ternyata sudah tidak mempan. Karena sudah terlambat, harusnya itu diminum
dari awal-awal diare. Akhirnya saya bergegas ke Bidan terdekat.
Saya diberi obat plus ceramah singkat dari Bu Bidan agar lebih hati-hati dengan makanan
dan kebersihan. Sebab tidak hanya berbahaya bagi saya, tapi juga terhadap bayi
saya. Syukurlah setelah mengkonsumsi obat tersebut kondisi saya berangsur
membaik. Diare pun sembuh. Alhamdulillah
pada bayi pun tidak tertular. Saya benar-benar takut sekali waktu itu. Merasa
bersalah karena tidak lekas buka puasa dari awal agar bisa minum obat. Semoga
hal semaca ini tidak akan pernah terulang lagi. Aamiin..
wah aku baru tau ternyata bisa pakai daun jambu biji, makasih infonya kak :D
BalasHapus